INTELEGENSI

07.02

REVIEW MATERI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Oleh:

Asyifa Rizvi Al-Miraza 161301157


INTELEGENSI

Definisi Intelegensi
Novelis Inggris abad ke-20 Aldous Huxley mengatakan bahwa anak-anak itu hebat dalam hal rasa ingin tahu dan intelegensinya. Apa yang dimaksud Huxley ketika dia menggunakan kata intelegensi (intelligence)?
Beberapa pakar mendeksripsikan inteligensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah (problem-solving). Yang lainnya mendeskripsikan sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Dengan mengombinasikan ide-ide ini kita dapat menyusun definisi intelegensi yang cukup fair: keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari.
Minat terhadap intelegensi sering kali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian individual (Kaufman & Lictenberger, 2002; Lubinski, 2000; Molfse & Martin, 2001). Perbedaan individual adalah cara di mana orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan tetap. Kita bisa berbicara tentang perbedaan individual dalam hal kepribadiannya (personalitas) dan dalam bidang-bidang lain, namun intelegensilah yang paling banyak diberi perhatian dan paling banyak dipakai untuk menarik kesimpulan tentang perbedaan kemampuan murid.

Tes Intelegensi Individual
Tes Binet. Pada 1904 Menteri Pendidikan Perancis meminta psikolog Alfred Binet untuk menyusun metode guna mengidentifikias anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah. Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon, menyusun intelegensi untuk memenuhi permintaan ini. Tes itu disebut Skala 1905. Tes ini terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menyentuh telinga hingga kemamuan untuk menggambar desain berdasarkan ingatan dan mendefenisikan konsep abstrak.
Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental, yakni level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lain. Tak lama kemudian, pada 1912 William Stern menciptakan konsep intelligence quotient (IQ), yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis (chronological age-CA), dikalikan 100. Jadi rumusnya, IQ = MA/CA x 100.
Tes Binet direvisi berkali-kali untuk disesuaikan dengan kemajuan dalam pemahaman intelegensi dan tes intelegensi. Revisi-revisi ini disebut tes Stanford-Binet (sebab revisi itu dilakukan di Stanford University). Dengan melakukan tes untuk banyak orang dari usia yang berbeda dan latar belakang yang beragam, peneliti meemukan bahwa skor pada tes Stanford-Binet mendekati distribusi normal. Distribusi Normal adalah simetris, dengan mayoritas skor berada pada tengah-tenga rentang skor yang mungkin muncu dan hanya ada sedikit skor yang mendekati ujung dari rentang itu.
Skala Wechsler. Tes lainnya yang banyak dipakai untuk menilai intelegensi murid dinamakan skala Wechsler yang dikembangkan oleh David Wechsler. Tes ini mencakup Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R) untuk menguji anak usia 4 sampai 6 ½ tahun; Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-R) untuk anak dan remaja dari usia 6 hingga 16 tahun; dan Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R).

Tes Individual versus Tes Kelompok
Tes intelegensi seperti Stanford-Binet dan Wechsler dilakukan berdasarkan basis individual. Seorang psikolog memahami penilaian intelegensi individual sebagai interaksi antara pemeriksa dan murid. Ini membuat psikolog tersebut bisa menyusun sampel perilaku murid. Selama pengujian, peneliti mengamati bagaimana laporan disusun, minat dan perhatian murid, apakah ada kecemasan dalam pengerjaan tugas dan tingkat toleransi murid mengahadapi rasa frustasi.
Murid juga diberi tes intelegensi dalam kelompok pada saat yang bersamaan. (Drummond, 2000). Tes intelegensi kelompok mencakup Lorge-Thorndike Intelligence Tests, Kuhlman-Anderson Intelligence Tests, dan Otis-Lennon School Mental Abilities Tests. Tes kelompok lebih nyaman dan ekonomis ketimbang tes individual, namun juga ada kekurangannya. Saat tes dilakukan pada satu kelompok besar, peneliti tak dapat menyusun laporan individual, menentukan tingkat kecemasan murid, dan sebagainya. Dalam situasi tes kelompok besar, murid mungkin tidak memahami instruksi atau mungkin diganggu oleh murid lain.

Teori Multiple Intelligences
Pandangan Awal. Binet dan Stern memfokuskan pada konsep intelegensi umum, yang oleh Stern dinamakan IQ. Wechsler percaya bahwa adalah mungkin dan perlu untuk mendeskripsikan baik itu intelegensi umum maupun intelegensi verbal dan spesifik dan intelegensi kinerja seseorang. Dia mendasarkan diri pada gagasan Charles Spearman (1972) yang mengatakan bahwa orang punya intelegensi umum, yang disebut g, dan tipe intelegensi spesifik, yang disebut s.
Sejak awal 1930-an, L.L. Thurstone (1938) mengatakan orang mempunyai tujuh kemampuan intelektual spesifik, yang dinamakannya kemampuan primer: pemahaman verbal, kemampuan anka, kefasihan kata, visualisasi spasial, memori asosiatif, penalaran, dan kecepatan persepsi. Kini makin banyak pencarian tipe-tipe intelegensi spesifik (Anderson, 2001; Gregory, 2000).
Teori Triarkis Sternberg. Menurut teori inteligensi triakis dari Robert J. Sternberg (1986, 2000), inteligensi muncul dalam bentuk; analitis, kreatif, dan praktis. Inteligensi analitis adalah kemampuan untuk menganalisis, menilai, dan mengevaluasi, membandingkan, dan mempertentangkan. Inteligensi kreatif adalah kemampuan untuk mencipta, mendesain, menciptakan, menemukan, dan mengimajinasikan. Inteligensi praktis fokus pada kemampuan untuk menggunakan, mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan.
Sternberg (2000; Sternberg, Torff, &Grigorenko, 1998) mengatakan bahwa murid dengan pola triarkis yang berbeda akan “tampak berbeda” disekolah. Murid dengan kemampuan analitis yang tinggi cenderung lebih di sukai dalam sekolah umum (konvensional). Mereka sering kali mudah menyerap pelajaran dimana guru memberi pelajaran dan murid diberi ujian. Mereka biasanya dianggap murid “pintar” yang mendapat rangking bagus, nilainya selalu bagus, niali baik dalam tes inteligensi dan SAT, dan mudah masuk ke universitas.
Murid yang punya inteligensi kreatif tinggi biasanya bukan rangking atas dalam kelas. Sternberg mengatakan bahwa murid yang kreatif mungkin tidak dapat menyelesaikan tugas pelajaran sesuai dengan harapan guru. Mereka tidak memberi jawaban yang lazim atau tepat, tetapi juwaban yang unik atau aneh sehingga sering dimarahi atau disalahkan. Guru yang baik tidak akan mengahambat kreatifitas murid, tetapi Sernberg percaya bahwa sering kali keinginan guru untuk meningkatkan pengetahuan murid justru menekan pemikiran kreatifitasnya.
Seperti murid dengan intelignsi kreatif yang tinggi, murid dengan inteligensi praktis sering kali kesulitan memenuhi keinginan sekolah. Namun murid ini sering kali berprestasi di luar kelas. Mereka mungkin punya keahlian sosial yang bagus dan pemahaman umum yang baik. Saat dewasa mereka terkadang menjadi manajer sukses, penguasaha, atau politikus meskipun catatan prestasi sekolahnya biasa-biasa saja.
Sternberg percaya bahwa hanya ada sedikit tugas yang murni analitis, kreatif, atau praktis. Umumnya tugas membutuhkan kombinasi keahlian-keahlian itu. Misalnya, saat murid menulis ringkasan buku, mereka mungkin (1) menganalisis tema buku, (2) menemukan ide baru tentang bagaimana buku itu bisa ditulis dengan lebih baik, (3) memikirkan tentang bagaimana tema buku itu dapat diaplikasikan untuk kehidupan orang. Sternberg percaya bahwa dalam mengajar, guru harus menyeimbangkan ketiga tipe inteligensi itu.
Delapan Kerangka Pikiran Gardner. Howard Gardner (1983, 1993, 2002) percaya bahwa ada banyak tipe inteligensi spesifik atau kerangka pikiran. Kerangka ini dideskripsikan bersama dengan contoh pekerjaan yang merefleksikan kekuatan masing-masing kerangka (Campbell, Campbell & Dickinson, 1999) :
·         Keahlian verbal : kemampuan untuk berfikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna (penulis, wartawan, pembicara)
·         Keahlian matematika : kemampuan untuk menyelesaikan operasi matematika (ilmuwan, insinyur, akuntan)
·         Keahlian spasial : kemampuan untuk berpikir tiga dimensi (arsitek, perupa, pelaut)
·         Keahlian tubuh-kinestetik : kemampuan untuk memanipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik (ahli bedah, pengrajin, penari, atlet)
·         Keahlian musik : sensitif terhadap nada, melodi, irama, dan suara (komposer, musisi, dan pendengar yang sensitif)
·         Kemampuan intrapersonal : kemampuan untuk memahami diri sendiri dan  menata kehidupan dirinya secar efektif (teolog, psikolog)
·         Keahlian interpersonal : kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain (guru teladan, profesional kesehatan mental)
·         Keahlian naturalis : kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (petani, ahli botani, ahli ekologi, ahli tanah)

Gardner percaya bahwa masing-masing bentuk inteligensi dapat dihancurkan oleh pola kerusakan otak tertentu, yang masing-masing melibatkan keahlian kognitif yang unik, dan masing masing tampak dalam cara unik baik di dalam diri orang berbakat atau idiot (individu yang mengalami retardasi mental tetapi punya bakat hebat dalam domain tertentu, seperti musik, melukis, atau penghitungan numerik).
Beriku ini adalah beberapa peringatan dalam mengaplikasikan pendekatan Gardner (Gardner, 1998) :
·         Tidak ada alasan untuk berasumsi bahwa setiap subjek dapat diajari secara efektif dengan delapan cara yang berbeda untuk delapan tipe inteligensi. Usaha melakukan upaya ini akan sia-sia.
·         Jangan berasumsi bahwa sudah cukup mengaplikasikan tipe inteligensi tertentu. Misalnya, dalam keahlian tubuh kinestetik, gerakan otot secara acak tidak ada kaitannya dengan memperbesar keahlian kognitif.
·         Tidak ada alasan untuk percaya bahwa adalah berguna untuk menggunakan satu tipe inteligensi sebagai aktivitas pendukung saat anak-anak mengerjakan aktivitas yang berhubungan dengan tipe inteligensi yang berbeda. Misalnya, Gardner percaya bahwa memberi latar belakang musik saat murid memecahkan soal matematika adalah bentuk penyalahgunaan teorinya.

Proyek Spektrum. Proyek spektrum adalah usaha inovatif yang dilakukan Gardner (1993; Gardner, Fieldman & Krechevsky, 1998) untuk menguji delapan inteligensi anak-anak. Proyek spektrum diawali dengan ide dasar bahwa setiap murid punya potensi untuk mengembangkan kekuatan di satu atau dua area. Ini memberikan konteks untuk melihat lebih jelas kekuatan dan kelemahan anak-anak.
Seperti apakah kelas spektrum itu ? kelas ini memiliki banyak materi yang dapat menstimulasi berbagai inteligensi. Akan tetapi, guru tidak berusaha merangsang inteligensi secara langsung dengan mengelompokkan aktivitas yang sama yang diberi label “ spasial”, “verbal”, dan sebagainya. Guru menggunakan materi yang berhubungan dengan kombinasi domain inteligensi. Misalnya, murid dalam kelompok naturalis mengeksplorasi dan membandingkan spesimen biologis, yang bukan hanya melatih kemampuan indra murid, tetapi juga kemampuan analistis logis. Secara keseluruhan, kelas psektrum punya 12 area yang di desai untuk melatih dan meningkatkan multiple intelligences murid.
Kelas soektrum dapat mengungkapkan keahlian yang biasanya tidak tampak dalam kelas reguler. Selain mengungkapkan kelebihan terpendam dalam diri murid, kelas spektrum juga dapat memperlihatkan kelemahan yang tersembunyi.
Key school. Key school, sekolah dasar K-6 di Indiapolis, menyediakan kepada murid aktivitas yang melibatkan berbagai keterampilan yang berkaitan dengan delapan kerangka pikiran dari Gardner (Goleman, Kaufman, & Ray, 1993). Setiap hari masing-masing anak diberi materi yang di desain untuk menstimulasi seluruh kemampuan manusia. Materi itu antara lain seni, musik, bahasa, matematika, dan permainan fisik. Selain itu, mereka juga diminta untuk memahami diri sendiri dan orang lain.

Tujuan key school adalah membuat murid menemukan seniri minat dan bakat masing-masing, dan kemudian membiarkan mereka mengeksplorasinya. Gardner percaya bahwa jika guru memberi murid kesempatan untuk menggunakan tubuh, imajinasi, dan indra mereka, maka hampir semua murid akan tahu bahwa dirinya punya kelebihan dalam satu hal. Bahkan murid yang tidak menonjol dalam satu area mungkin akan menyadari bahwa mereka punya keunggulan relatif. 

You Might Also Like

0 komentar